Sabtu, 18 Mei 2013

Terima Kasih Pahlawan Pendidikan



TERIMA KASIH SETULUS – TULUSNYA UNTUKMU BAPAK PENDIDIKAN
Hai sobat biru..... !!!!! tak henti kami menyapa para sobat untuk berbagi ragam berita seputar HARDIKNAS“. Demi mengingat adanya perjuangan - perjuangan pendahulu kita yang  yang telah berjasa akan pendidikan di Indonesia, serba – serbi kali ini, Tim Kreatif  “The Blue Wall Magazine“ akan mengajak sobat semua untuk mengenal sosok seorang Bapak yang tidak asing lagi bagi kita yaitu Bapak Pendidikan Indonesia “Ki Hajar Dewantoro” yang mana semasa kecil dikenal dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.  Beliau mengganti namanya agar lebih dekat dengan rakyat tanpa harus menggunakan nama bangsawan di depan namanya.

Ki Hajar Dewantara yang berasal dari keluarga bangsawan keraton Jogjakarta ini memiliki perjalanan hidup yang sangat diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi bangsanya.  Bapak Pendidikan

kelahiran 2 Mei 1889 ini telah menamatkan sekolah dasarnya di ELS  (Sekolah Dasar Belanda ) kemudian melanjutkan sekolah ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) di Jakarta namun tidak sampai tamat dikarenakan beliau sakit. Kemudian ia bekerja pada pabrik gula bojong, purbalingga. Tidak lama kemudian ia pindah dan bekerja di apotek Rathkamp di Jogjakarta. Setelah itu beliau berpindah pekerjaan sebagai penulis dan wartawan. Di masa itu beliau dapat dibilang sebagai penulis yang handal dan dari tulisannya tersebut beliau mampu membangkitkan semangat antikolonial.
Beliau menjadi penulis di berbagai surat kabar seperti Sedyotomo (berbahasa jawa), Midden java (berbahasa belanda), De Express (berbahasa belanda), dan utusan india yang dipimpin H.O.S.Cokroaminoto. Atas permintaan Douwes Dekker, suwardi pindah kebandung, Dibandung ia memimpin surat kabar De Express.
Tidak hanya itu beliau juga aktif di organisasi politik dan sosial. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Beliau di masa muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri  untuk Hindia - Belanda.
Pada bulan September 1919, segera ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922, National Onderwijs Instituut Taman siswa atau Perguruan Nasional Taman siswa. Dia mengabdikan jiwa dan raganya untuk hadirnya sebuah kemajuan Pendidikan di Indonesia. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Taman siswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantoro diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa - jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional.

Indahnya dapat berbagi dan mengabdikan apa yang kita punya agar bermanfaat bagi orang lain seperti halnya Ki Hajar Dewantoro. Ucapan terima kasih oleh seluruh anak bangsa tidak akan pernah sirna sebab pendidikan juga tak kan hilang hingga kapanpun. Kami khususnya semua warga STIE Indonesia juga mengucpakan terima kasih setulus – tulusnya atas jasa – jasamu selama ini.
By : Anggrek_Awan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar