TERIMA KASIH SETULUS – TULUSNYA UNTUKMU BAPAK PENDIDIKAN
Hai
sobat biru..... !!!!! tak henti kami menyapa para sobat untuk berbagi ragam
berita seputar “HARDIKNAS“. Demi mengingat adanya perjuangan - perjuangan
pendahulu kita yang yang telah berjasa
akan pendidikan di Indonesia, serba – serbi kali ini, Tim
Kreatif “The Blue Wall Magazine“ akan
mengajak sobat semua untuk mengenal sosok seorang Bapak yang tidak
asing lagi bagi kita yaitu Bapak Pendidikan Indonesia “Ki Hajar Dewantoro” yang
mana semasa kecil dikenal dengan nama Raden
Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau mengganti namanya agar lebih dekat
dengan rakyat tanpa harus menggunakan nama bangsawan di depan
namanya.
Ki
Hajar Dewantara yang berasal dari keluarga bangsawan keraton Jogjakarta ini
memiliki perjalanan hidup yang sangat diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian
demi bangsanya. Bapak Pendidikan
kelahiran 2 Mei 1889 ini telah menamatkan
sekolah dasarnya di ELS (Sekolah
Dasar Belanda ) kemudian melanjutkan sekolah ke STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera) di Jakarta namun tidak sampai tamat dikarenakan beliau sakit. Kemudian ia bekerja pada pabrik gula bojong, purbalingga. Tidak
lama kemudian ia pindah dan bekerja di apotek Rathkamp di Jogjakarta. Setelah itu beliau berpindah pekerjaan sebagai
penulis dan wartawan. Di masa itu beliau dapat dibilang sebagai penulis yang
handal dan dari tulisannya tersebut beliau mampu membangkitkan semangat
antikolonial.
Beliau menjadi penulis di berbagai surat
kabar seperti Sedyotomo (berbahasa jawa), Midden java
(berbahasa belanda), De Express (berbahasa belanda), dan utusan india yang
dipimpin H.O.S.Cokroaminoto. Atas permintaan Douwes Dekker, suwardi pindah
kebandung, Dibandung ia memimpin surat kabar De Express.
Tidak hanya itu beliau juga aktif di organisasi politik dan sosial. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di
seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat
Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga
diorganisasi olehnya.
Beliau di masa muda
juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang
didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri untuk Hindia - Belanda.
Pada bulan September 1919, segera
ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian
digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan
pada tanggal 3 Juli 1922, National Onderwijs Instituut
Taman siswa
atau Perguruan Nasional Taman siswa.
Dia mengabdikan jiwa dan raganya untuk hadirnya sebuah kemajuan Pendidikan di
Indonesia. Semboyan dalam sistem pendidikan yang
dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh,
semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah
membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap
dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah
Perguruan Taman siswa.
Dalam
kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantoro
diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia
mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari
universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa - jasanya
dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional.
Indahnya dapat berbagi dan mengabdikan apa yang kita
punya agar bermanfaat bagi orang lain seperti halnya Ki Hajar Dewantoro. Ucapan
terima kasih oleh seluruh anak bangsa tidak akan pernah sirna sebab pendidikan juga
tak kan
hilang hingga kapanpun. Kami khususnya semua warga STIE Indonesia juga
mengucpakan terima kasih setulus – tulusnya atas jasa – jasamu selama ini.
By :
Anggrek_Awan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar