AKU
UNTUK MEREKA
Suasana
yang damai, canda tawa anak – anak
dengan diiringi kicauan burung di bawah terik matahari membuatku tidak
mengalihkan sedikitpun pandangan diri. Sepasang mata bola ini menjadi saksi
kehidupan mereka saat ini. Kehidupan yang tidak pernah aku temui di Kota maupun
disekitar rumahku. Hati ini tersentuh saat mereka bercerita keinginan dan cita
–citanya salama ini yang belum dapat terwujud hingga saat ini. Mereka butuh
uluran tanganku itu adalah kata – kata yang terucap dibibir mereka. “ Aku akan
berusaha “ itu jawabanku yangt selalu ku lantunkan disetiap harapan itu di
ungkapkan oleh anak – anak tersebut. Aku hanya bisa berkata seperti itu sekedar
menyenangkan hati mereka.
Aku
adalah seorang Mahasiswi yang akan menyelesaikan skripsiku tahun ini. Cita –
citaku menjadi seorang guru yang membawaku mengajar, kuliahku di bidang
Pendidikan. Aku sangat prihatin akan Pendidikan di daerah terpecil tersebut.
Tekat yang kuat membuat aku semakin yakin bahwa aku bisa membawa mereka ke
kehidupan yang lebih baik. Aku mulai sering berkunjung ke Dusun ini dari
sebulan yang lalu, observasi demi observasi aku lakukan untuk mencari jalan
agar penduduk Dusun ini keluar dari keterpurukkannya dimana yang biasa kita
ketahui kegiatan anak – anak di waktu pagi hingga siang adalah menuntun ilmu di
sekolah, akan tetapi berbeda dengan anak – anak yang berada di daerah ini,
kegiatan mereka dipagi hari malah pergi menuju ke lading membantu orang tuanya.
Tidak ada sedikitpun harapan dan cita – cita untuk meraih sebuah pendidikan.
Sungguh malang anak – anak ini, padahal keinginannya untuk bersekolah sangat
besar namun karena sarana pendidikan yang kurang serta tidak adanya dukungan
dari orang tua membuat harapan anak – anaknya tersebut kandas begitu saja.
Setiap
hari minggu pagi aku datang keDusun mereka untuk memberikan ilmu yang aku punya
kepada anak – anak disana. Aku mengajari mereka tanpa memungut biaya. Biasanya
mereka berkumpul di rumah Bapak Kepala Dusun. Sebelum aku tiba mereka sudah
berkumpul disana menanti kedatanganku. Sungguh bahagia hati ini melihat anak –
anak itu yang bersamaku. Betapa antusiasnya mereka mendapatkan pelajaran yang
aku berikan. Sungguh luar biasa keinginannya untuk mengenal sebuah pendidikan
“Oh Tuhan berikan yang terbaik untuk mereka“, pintaku kepada Tuhan disetiap
do’a ku. Setelah kegiatan mengajar selesai, aku sedikit berbincang dengan
Kepala Dusun setempat dia sangat berterima kasih kepadaku karena telah
meluangkan waktu mengajar anak – anak di dusun tersebut. “ sama – sama saya
juga senang mengajar anak – anak ini meskipun perjalanannya jauh namun ini
adalah pengalaman bagi saya” jawabku kepada Bapak Kepala Dusun. Kami berbincang
lama tentang Dusun tersebut , daerah ini merupakan daerah tertinggal dan
sayangnya lagi sarana pendidikan tidak ada di daerah ini, anak – anak di Dusun
ini perlu menyebrang sungai untuk menuju sekolah. Setelah itu sesampainya
diseberang sungai perlu berjalan kaki cukup jauh barulah sampai di sekolah yang
dituju. Hal lain yang sangat dipertimbangkan oleh anak – anak ini adalah perahu
mesin sebesar Rp. 4000,- selama pulang dan pergi ini membuat anak – anak itu
mengurungkan niatnya untuk bersekolah. Orang tuanya pun merasa keberatan belum
biaya transportasi selain itu biaya sekolahpun cukup mahal. Sedangkan mata pencaharian
orang tua mereka hanyalah sebagai petani lading dan pencari kayu di hutan
maklum daerah ini sebagian besar di kelilingi oleh hutan. Karena ekonomi yang
kurang mampu orang tuapun tidak mampu menyekolahkan mereka. Pemerintah
daerahpun seakan tidak peduli akan nasib anak – anak itu padahal Kepala Dusun
telah mengirimkan surat permohonan kepada Pemerintah Daerah beberapa kali untuk
meminta Pemerintah memberikan sarana sekolah di daerahnya namun hingga saat ini
tidak ada tindakan apapun dari Pemerintahan.
Dirumah
akau mulai memikirkan kata – kata Bapak Kepala Dusun tadi, andai saja
Pendidikan di Daerah tersebut tidak diupayakan segera, mungkin kebodohan akan
berlarut larut dan daerah tersebut tidak akan maju. Keesokan harinya aku
berbagi cerita kepada beberapa temanku dikampus serta meminta solusi dari
mereka. Syukurlah mereka mau membantuku untuk mencari jalan keluar. Jiwa social
dari merekapun mulai tampak. Setelah beberapa saat aku dan teman – temanku
sepakat untuk datang ke Dusun tersebut dan mengumpulkan warga dusun untuk
memusyawarahkan sarana Pendidikan di Dusun tersebut. Kamipun meminta izin
terlebih dahulu kepada Bapak Kepala Dusun dan Alhamdullilah rencana yang telah
kami buat langsung disetujui oleh Bapak Kepala Dusun. Kami langsung membagikan
undangan yang telah kami buat untuk warga dan Bapak Kepala Dusun juga siap
membantu kami jika rumahnya di jadikan tempat berkumpul warga. Lega rasanya
rencana awal yang kami buat berjalan lancar semoga perhatian warga akan
Pendidikan anak – anaknya juga besar.
Keesokan
harinya kami dating kembali ke Dusun tersebut untuk melakukan musyawarah
bersama warga Dusun. Beberapa saat kemudian warga mulai bekumpul di rimah Bapak
Kepala Dusun. Senang rasanya ternyata warga masih banyak yang dating menghadiri
meskipun ada warga juga yang tidak dapat hadir karena harus pergi ke ladang.
Meskipun banyak arga yang terbilang kurang mampu namun keinginan agar anaknya
dapat merasakan bangku sekolah amatlah besar. Kemudian kegiatanpun langsung
kamu mulai. Salah satu temanku yang menjadi juru bicara sangatlah pandai
mengajak warga untuk berpartisipasi dalam membangun sarana Sekolah di daerah
ini. Awalnya tidak sedikit warga yang tidak setuju karena dengan membangun
sekolah tidaklah mudah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun dengan
jalan musyawarah ini masalah ini dapat diatasi akhirnya telah disepakati akan
dibangun sekolah sederhana yang dibangun dari kayu hutan dengan memanfaatkan
hutan disekitar daerah. Wargapun siap bergotong royong membantu pembangunan
tersebut. Sementara untuk lahanya akan diberikan tanah kosong yang menjadi hak
milik Dusun tersebut. Sedangkan tenaga Pendidiknya adalah Aku dan teman –
temanku. Namun kami hanya bisa mengajar mereka pada siang hari hingga sore
tetapi anak – anak tetap semngat untuk belajar. Akhirnya anak – anak sudah bisa
mendapatkan Pendidikan lebih baik dari pada sebelumnya. Aku sangat bahagia
meliahat usahaku menjadi bukti nyata semua ini tidak terlepas juga dari
dukungan Kepala Dusun dan Orang tua mereka.
Disamping
itu kami juga membantu Bapak Kepala Dusun untuk mengajarkan permohonan bantuan
kepada Pemerintahan Daerah. Kami mengirimkan berbagia laporan kegiatan belajar
mengajar kami. Satu bulan kemudian bantuanpun mulai mengucur ke daerah ini.
Bantuan ini akan sangat membatu akan fasilitassekolah sederhana ini. Meskipun
sekolah ini sangat sederhana namun anak – anak ini tidaklah putus asa dan
sangat semangat belajar, kamipun sebagai pengajar tak kan letih membagikan ilmu
yang kami punya.
Aku
sangat bangga bisa membawa semua warga mengerti akan pentingnya sebuah
Pendidikan karena Pendidikan adalah kunci dari kesuksesan.
karya : Wandania Putri Anggraeni
|